Newest Post

System Wide Concept di SAP

| Jumat, 31 Oktober 2014
Baca selengkapnya »

Organizational Element

Organizational element merupakan unit-unit yang berada di dalam ruang lingkup perusahaan. terdiri dari :

  1. client = element tertinggi dlm suatu organisasi , line businessnya sama itu 1 client
  2. company code = dibedakan berdasarkan faktor legal dan berdasarkan segmentnya masing"(misal bo1 dari indonesia dan bo2 dari indo juga, maka bo1 dan bo2 bisa dijadikan 1 company code) untuk laporan keuangan.
  3.  plant = untuk industri, dijadikan tmpat mnghasilkan product, mengolah, membeli dan gudang(bo1 dan bo2 dipisahkan untuk plantnya)
  4. storage location = merupakan tempat penyimpanannya, berada di bwh plant
  5. sales organisation = merupakan cabang-cabang penjualannya yang tersebar di beberapa daerah-daerah yang digunakan untuk mengukur kinerja penjualan, di bwhnya ada sales group merupakan bagian"nya.(wholesales, internet)
  6. distribution channel = jalur-jalur/mekanisme distribusinya, seperti lewat internet atau grosir
  7. organisation unit =  merupakan divisi dalam sebuah perusahaan seperdi marketing, finance, dll.
  8. position = merupakan posisi yang di duduki seseorang seperti manager, staff dll



Master Data
  1. Material master data =  Tempat menyimpan data khusus untuk data yang berhubungan dengan material-material dari suatu perusahaan
  2. Customer master data = Tempat menyimpan data khusus untuk data yang berhubungan dengan customer dari suatu perusahaan.
  3. Vendor master data = Tempat menyimpan data khusus untuk data yang berhubungan dengan vendor dari suatu perusahaan

Transactions

Transaksi merupakan program aplikasi proses bisnis di dalam sistem SAP . Tujuanya adalah untuk melihat proses segala transaksi yg ada dalam suatu perusahaan. Setiap transaksi tersebut menghasilkan dokumen.
Contoh dari transaction : create sales order, change customer master, create purchase order dan sebagainya.



System Wide Concept di SAP

Posted by : Unknown
Date :Jumat, 31 Oktober 2014
With 0komentar
Tag : ,

Metodology ASAP

|
Baca selengkapnya »


Accelerated SAP (ASAP) Methodology adalah pendekatan yang direkomendasikan SAP untuk mengimplementasikan software ERP di perusahaan. Pengalaman SAP dalam membuat dan mengimplementasikan software ERP di berbagai jenis perusahaan menghasilkan sebuah best practice yang telah teruji keberhasilannya berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. ASAP Methodology membantu agar implementasi SAP memberikan hasil yang efektif, efisien dan optimal terutama dalam hal waktu, biaya, kualitas, kesesuaian dengan kebutuhan serta pemanfaatan sumber daya yang ada.

Implementasi SAP merupakan proyek yang cukup besar dan memiliki resiko yang tinggi. Keberhasilan dan kesesuaian implementasi SAP dengan kebutuhan bisnis merupakan hal yang harus dipenuhi. Apalagi implementasi dan operasional SAP memerlukan biaya yang sangat besar. Oleh karena itu, proses-proses yang dilakukan dari hulu ke hilir harus berjalan secara maksimal.

ASAP Methodology memiliki 5 fase, yaitu:

  1. Project Preparation
  2. Business Blueprint
  3. Realization
  4. Final Preparation
  5. Go-Live and Support


Penjelasan lebih mendalam dari fase-fase tersebut akan dijelaskan di bawah ini.



Project Preparation

Dalam fase ini, perusahaan dan bagian terkait membuat perencanaan awal dan persiapan implementasi SAP. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

Goal Setting.
Menentukan goal dan objectives (tujuan) dari proyek implementasi SAP. Perlu diingat bahwa ekspektasi perusahaan juga perlu dicatat karena perusahaan pasti memiliki ekspektasi besar yang harus diwujudkan ketika melakukan sebuah proyek besar.

Implementation Strategy
Menentukan dan memperjelas scope implementasi SAP serta membangun organisasi proyek atau komite yang dibutuhkan sekaligus pengalokasian sumber daya di dalamnya.

Implementation Sequence
Menentukan urutan langkah yang akan dilakukan.

Team
Membentuk tim proyek, konsultan atau tim lain yang dibutuhkan.

Sign Off
Mendokumentasikan tahap Project Preparation dan memastikan tahap-tahap diatas harus disetujui oleh perusahaan dan tim proyek sebelum melangkah ke tahapan berikutnya.


Business Blueprint

Fase ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan pandangan tentang bagaimana perusahaan akan mengimplementasikan SAP untuk mendukung proses bisnis. Dalam fase ini, tim proyek akan melakukan identifikasi untuk mengetahui proses bisnis yang dilakukan perusahaan. Hasil dari proses ini adalah dokumentasi mengenai proses bisnis yang dilakukan perusahaan beserta improvement yang akan dilakukan dengan implementasi SAP. Tahapan ini sangat penting karena sangat menentukan keberhasilan implementasi SAP. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

Scope Document
Tim proyek mengidentifikasi keseluruhan proses bisnis yang ada dengan kuesioner atau metode lainnya sebagai media komunikasi dengan bagian-bagian yang ada di perusahaan.

As Is
Tim proyek mengerti dan memahami proses bisnis yang dilakukan perusahaan (current state).

To Be
Memetakan proses bisnis ke dalam sistem SAP serta menentukan kondisi yang diharapkan (future state) setelah implementasi SAP berdasarkan kondisi As Is dan tujuan yang ditentukan di awal.

Gap Analysis
Mencari perbedaan atau jarak antara kondisi perusahaan saat ini (As Is) dengan kondisi perusahaan yang diharapkan setelah implementasi SAP (To Be). Jarak atau perbedaan yang disebut gap ini kemudian dianalisa untuk mendapatkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai kondisi To Be.

Sign Off
Mendokumentasikan tahap Business Blueprint dan memastikan tahap-tahap diatas harus disetujui oleh perusahaan dan tim proyek sebelum melangkah ke tahapan berikutnya.


Realization

Fase ini bertujuan untuk mengimplementasikan SAP berdasarkan kebutuhan dan proses bisnis yang terdapat di Business Blueprint. Fase ini memiliki dua tahap yang perlu dilakukan, yaitu:

Baseline Configuration (major scope)
Tim konsultan mengkonfigurasi sistem dasar atau baseline system.

Final Configuration (remaining scope)
Tim proyek melakukan penyesuaian dan penyempurnaan (fine-tune) untuk memastikan pemenuhan kebutuhan bisnis perusahaan sesuai perencanaan yang telah dilakukan.
Biasanya, para functional dan ABAP developer bekerja pada fase ini.


Final Preparation

Fase ini dilakukan sebagai persiapan akhir sebelum sistem SAP siap digunakan (Go Live). Hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

  1. Unit Testing
  2. Integration Testing
  3. User Acceptance Testing
  4. Uji coba lain yang perlu dilakukan sesuai kebutuhan perusahaan.
  5. Jika terdapat sistem lama yang digunakan, maka migrasi data dari sistem lama ke sistem SAP dilakukan pada tahap ini. Pengguna juga harus diberi pelatihan untuk menggunakan sistem SAP ini.



Go Live and Support

Fase ini ditandai dengan dimulainya penggunaan SAP di perusahaan. Sistem perlu dimonitor untuk mengetahui dan mengantisipasi permasalahan-permasalahan yang mungkin terjadi sehingga bantuan (support) dapat dilakukan dengan segera. Selain itu, kegiatan optimalisasi sistem perlu dilakukan agar sistem menjadi semakin handal.

Metodology ASAP

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Tag : ,

Apa itu SAP?

|
Baca selengkapnya »
Tentang SAP

Buat yang belum tau SAP itu apa, SAP merupakan kependekan dari Systems, Applications and Products in Data Processing. Dikembangkan di Jerman pada tahun 1972 oleh 5 orang insinyur Jerman. 

SAP kini terdiri dari beberapa modul, seperti modul sales & distribution, human resource management, material management, production planning, quality management, financial accounting, controlling, asset management, project system, dan plant maintenance. Setiap modul tersebut mewakili sebuah proses bisnis. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang memakai SAP seperti IBM dan microsoft dan di Indonesia Garuda & Department Keuangan juga memakai software SAP.

Dalam system SAP itu sendiri terdiri dari struktur-struktur di dalamnya. 3 Tier structure arsitektur SAP terdiri dari: 

  1. Presentation layer (GUI), merupakan user interfacenya yang berupa tampilan dari SAP.
  2. Application layer, merupakan aplikasi SAP yang digunakan oleh user.
  3. Database layer, merupakan layer yang berisi database-database dari systemnya
System Landscape

Dalam system SAP yang anda instal terdiri dari grup-grup yang memiliki rute dalam pendistribusiannya. Anda perlu memutuskan rute-rute tersebut akan di arahkan kemana. Perubahan yang dilakukan pada satu klien berlaku untuk semua klien dalam sistem SAP.

Landscape system SAP terdiri dari 3 Tier: 

  1. Development(DEV), pada tier ini dilakukan proses development dan di transport ke tier Quality
  2. Quality(TEST), pada tahap ini dilakukan test, jika masih terdapat kesalahan data tidak dapat di kembalikan ke tier DEV namun tier DEV dapat mengirim kembali data yang baru dan menghapus data yang lama.
  3. Production(PROD), dan apabila pada tier test sudah berhasil maka akan di transport ke tier production untuk di eksekusi.
Jenis prubahan yang bisa di lakukan di SAP adalah Personalization, Customizing, Development (client-independent), Enhancement, Modification

Apa itu SAP?

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Tag : ,

Penjelasan Singkat Analytical Hierarchy Process (AHP)

|
Baca selengkapnya »


INTRODUCTION

a. Merupakan salah satu Multi-Criteria Decision-Making (MCDM) yang digunakan dalam pemecahan masalah yang kompleks.
b. Diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty.
c. Menyerupai proses pengambilan keputusan oleh manusia.
d. Input yang digunakan dapat berupa hasil pengukuran sebenarnya (harga, berat, dll.) maupun penilaian pribadi (kesukaan, dll.)
e. Inti AHP yaitu perbandingan antarpasangan, bukan sorting, voting, atau penetapan prioritas secara bebas.
f. Metode Multi-Criteria Decision-Making (MCDM) lainnya:
1) Cross-Tabulation
2) Evaluation based on Rank
3) Weighted Criteria

STEPS

a. Tentukan tujuan keputusan – apa yang mau diputuskan, untuk apa, apa saja pilihannya?
b. Susun masalah dalam hierarki – apa kategori dan kriteria dalam pengambilan keputusan?
c. Pasangkan perbandingan antarkriteria dalam setiap kategori – misal: hijau atau biru? Mana yang lebih disukai, dan seberapa besar kesukaan itu jika dibandingkan dengan warna lain?
d. Hitung prioritas dan consistency index – apakah perbandingan tsb. masuk akal dan konsisten?
e. Evaluasi alternatif sesuai dengan prioritas yang diidentifikasi – alternatif mana yang terbaik untuk masalah tsb.?

STRUCTURING THE HIERARCHY

a. Hierarki merupakan alat untuk memahami permasalahan yang kompleks dengan menyusunnya menjadi tingkatan (level) dengan elemen yang homogen di setiap angkatan.
b. Elemen tertinggi akan mempengaruhi elemen-elemen di bawahnya.
c. Elemen hierarki pada AHP:
1) Objective
2) Criteria
3) Subcriteria
4) Alternatives


PAIR-WISE COMPARISON
a. Merupakan pengukuran prioritas antar unsur dalam elemen dengan cara membandingkan setiap unsur satu sama lain.
b. Jumlah perbandingan = n(n−1)/n
di mana n = jumlah item
c. Umumnya, prioritas antar unsur diisi berdasarkan skala berikut.


ADVANTAGES
a. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternative yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
d. Mampu menghasilkan hasil yang lebih konsisten dibandingkan dengan metode lainnya.
e. Memiliki sistem yang mudah dipahami dan digunakan.


DISADVANTAGES
a. Responden yang dilibatkan harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam (expert) mengenai permasalahan dan AHP itu sendiri
b. AHP tidak dapat diterapkan pada suatu perbedaan sudut pandang yang tajam/ekstrim di kalangan responden.

Penjelasan Singkat Analytical Hierarchy Process (AHP)

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Tag : ,

WBS (Work Breakdown Structure) dalam MPSI

|
Baca selengkapnya »

WBS adalah suatu metode pengorganisaian proyek menjadi struktur pelaporan hierarakis. WBS digunakan untuk melakukan Breakdown atau memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail.hal ini dimaksudkan agar proses perencanaan proyek memiliki tingkat yang lebih baik.

WBS disusun bedasarkan dasar pembelajaran seluuuh dokumen proyek yang meliputi kontrak, gambar-gambar, dan spesifikasi. Proyek kemudian diuraikan menjadi bagian-bagian dengan mengikuti pola struktur dan hirarki tertentu menjadi item-item pekerjaan yang cukup terperinci, yang disebut sebagai Wok Breakdown Structure.

Pada prinsipnya Work Breakdown Structure (WBS) adalah pemecahan atau pembagian pekerjaan ke dalam bagian yang lebih kecil (sub-kegiatan), alasan perlunya WBS adalah :
  1. Pengembangan WBS di awal Project Life Cycle memungkinkan diperolehnya pengertian cakupan proyek dengan jelas, dan proses pengembangan WBS ini membantu semua anggota untuk lebih mengerti tentang proyek selama tahap awal.
  2. WBS membantu dalam pengawasan dan peramalan biaya, jadwal, dan informasi mengenai produktifitas yang meyakinkan anggota manajemen proyek sebagai dasar untuk membuat perundingan.
WBS merupakan elemen penting, karena memberikan kerangka yang membantu, antara lain dalam :
1. Penggambaran program sebagai ringkasan dari bagian-bagian yang kecil.
2. Pembuatan perencanaan
3. Pembuatan network dan perencanaan pengawasan.
4. Pembagian tanggung jawab.
5. Penggunaan WBS ini memungkinkan bagian-bagian proyek terdefinisi dengan jelas.

Adapun 3 manfaat utama WBS dalam proses perencanaan dan pengendalian proyak sebagai berikut :

  1. Analisa WBS yang melibatkan manajer fungsional dan personel yang lain dapat membantu meningkatkan akurasi dan kelangkapan pendefinisian proyek.
  2. Menjadi dasar anggaran dan penjadwalan.
  3. Menjadi alat control pelaksanaan proyek, karena panyyimpanan biaya dan jadwal paket kerja tertentu dapat dibandingkan dengan WBS.

WBS (Work Breakdown Structure) dalam MPSI

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Tag : ,

Network Diagram

|
Baca selengkapnya »
Dalam perangkat manajemen proyek, kita mengenal sebuah diagram yang disebut activity network diagram (diagram jaringan kerja). Activity network diagram merupakan salah satu dari tujuh alat perencanaan manajemen (7 management and planning tools) atau 7 New Quality Tools.

Dengan activity network diagram dapat dilakukan analisis terhadap jadwal waktu penyelesaian proyek, masalah yang mungkin timbul jika terjadi kelambatan, probability selesainya proyek, biaya yang diperlukan dalam rangka mempercepat penyelesaian proyek, dan sebagainya.
Terdapat beberapa versi activity network diagram, namun yang luas pemakaiannya adalah:
  1. CPM (critical path method), merupakan teknik pertama activity network diagram yang diperkenalkan pertama kali tahun 1957 oleh M. R. Walker dari DuPont Company and J. E. Kelley, Jr. dari Remington Rand Univac.
  2. PERT (program evaluation and review technique), yang diperkenalkan tahun 1958 oleh U.S. Navy Special Projects Office.
  3. PDM (precedence diagram method), yang dikembangkan oleh J. W. Fondahl dari Stanford University pada awal dekade 1960-an.

Perbedaan mendasar antara CPM dan PERT adalah terletak pada perkiraan waktu, CPM menaksir waktu dengan cara pasti (deterministic) sedangkan PERT dengan cara kemungkinan (probabilistic). Metode ketiga, PDM, memiliki jaringan kerja yang lebih sederhana karena kegiatan atau tugas-tugas digambarkan pada node (simpul atau sambungan jalur), bukan pada garis panah seperti pada CPM dan PERT. Metode menggambarkan kegiatan pada node disebut metode diagram AON (activity on node), sedangkan metode menggambarkan kegiatan pada garis panah disebut metode diagram AOA (activity on arrow) atau arrow diagramming method (ADM).







Network Diagram

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Tag : ,

Tentang Control Schedule

|
Baca selengkapnya »




Control Schedule merupakan bagian dari monitoring dan controlling proses, kuncinya adalah bahwa perubahan tidak harus dengan aksi, tapi schedule harus dikontrol secara proaktif oleh manajer proyek dengan mempengaruhi perubahan sebelum mereka mempengaruhi proyek. 

Fungsi Control Schedule adalah untuk memanage stakeholder dalam melakukan pekerjaannya, apa saja jenis pekerjaannya, tim mana yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut. 


Contoh E-Toll Payment Control Schedule


ACK
Description
Duration
Predecessor
A1
Merumuskan ide
4 days
-
A2
Membuat estimasi harga
2 days
-
A3
Menentukan target pasar
7 days
-
A4
Mencari partner bisnis
14 days
-
A5
Menentukan standar kualiatas
4 days
-
B1
Mengimplementasi system
14 days
A5
B2
Membuat Kontrak
1 days
A1,A2,A3,A4
C1
Mencari Material
7 days
B2
C2
Menyusun rancangan proyek
14 days
B1
C3
Memesan barang sesuai criteria
30 days
C1
D1
Testing
7 days
C2,C3
D2
Menganalisis system
7 days
D1
D3
Memperbaiki /mengkustom system
7 days
D2
E1
Membuat laporan
7 days
D3
E2
Launching
30 days
E1











Deandrha Agusta
Universitas Multimedia Nusantara

Tentang Control Schedule

Posted by : Unknown
Date :
With 0komentar
Tag : ,
Next Prev
▲Top▲

Welcome In Creating Website

Contoh Sliding Login Dengan JQuery

Disamping ini adalah contoh Sliding Login menggunakan JQuery. Login Form Disamping hanya Contoh dan tidak dapat digunakan layaknya Login Form FB, Karena Blog ini terbuka untuk umum tanpa perlu mendaftar menjadi Member

Tutorial Blog

Untuk membuatnya Silahkan : Pencet Sini

Member Login

Lost your password?

Not a member yet? Sign Up!